Jasa Aqiqah di Cipadu Kreo Larangan
Anda butuh Jasa Aqiqah di Cipadu Kreo? Hubungi Muslim Aqiqah 0812 9007 7070, 0821 2141 9100 | Aqiqah MURAH, Ibadah jadi Mudah
Alhamdulillah telah dilaksanakan Aqiqah di Gg. Nawi Cipadu Kreo Tangerang atas nama Maseroh dengan menu Pilihan Sate dan Gule serta 80 Nasi Bok Tipe Standar Plus.
Paket Aqiqah Larangan Kreo Cipadu
Semoga acara Syukuran Aqiqahnya berjalan lancar dan semoga yang di niatkan oleh Bapak Nawi dan keluarga mendapat ridha dan berkah dari Allah
Hubungi kami untuk Jasa Aqiqah di Cipadu Kreo
CALL CENTER LAYANAN AQIQAH
0812 9007 7070
0821 2141 9100
Follow Us @MuslimAqiqah
Hukum Aqiqah Bagi Umat Islam, Sunnah atau Wajib?
Para Ulama berbeda-beda dalam masalah hukum aqiqah. Sebagian ulama menyebutnya sunnah muakadah, bahkan ada yang menyebutnya wajib.
Imam Rasjidi dalam Panduan Kehamilan Muslim menerangkan, Sayyid Sabiq mengatakan hukum menegakkan aqiqah adalah sunnah muakadah, meski ayah dalam keadaan sulit, Pandangan ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, “Seorang anak yang digadaikan aqiqahnya harus disembelih pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya,” (HR Tirmidzi).
Ulama yang menyerukan pemotongan aqiqah termasuk Imam Laits, Hasan Basri dan Madzhab Zahiri . Pendapat mereka didasarkan pada hadits berikut, di mana Nabi bersabda: “Setiap anak (yang lahir) itu digadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan aqiqah baginya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama,”. HR Abu Dawud.
Ulama Zahiriyah berpendapat hukum melaksanakan aqiqah adalah wajib bagi orang yang menanggung nafkah si anak, maksudnya orang tua bayi. Mereka mengambil dasar hukumnya dari hadits Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi.
Sementara itu, para fukaha (ahli fikih) pengikut Abu Hanifah (Imam Hanafi) berpendapat aqiqah tidak wajib dan tidak pula sunah, melainkan termasuk ibadah tatawwu’ (sukarela). Pendapat ini dilandaskan kepada hadis Nabi SAW: Aku tidak suka sembelih-sembelihan (akikah). Akan tetapi, barang siapa dianugerahi seorang anak, lalu dia hendak menyembelih hewan untuk anaknya itu, dia dipersilakan melakukannya (HR al-Baihaki).
Sejumlah riwayat menyebutkan, tradisi aqiqah sebenarnya juga berlangsung pada masa jahiliyah. Mereka melakukan hal itu untuk anaknya yang baru lahir, terutama anak laki-laki. Cara yang mereka lakukan adalah dengan menyembelih kambing, lalu darahnya diambil dilumuri ke kepala sang bayi.
Dahulu kami di masa jahiliyah apabila salah seorang di antara kami mempunyai anak, ia menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka, setelah Allah mendatangkan Islam, kami menyembelih kambing, mencukur (menggundul) kepala si bayi, dan melumurinya dengan minyak wangi. (HR Abu Dawud dari Buraidah).